Ambisi Ekonomi 8% – Target Besar di Tengah Tantangan Global
Saat Presiden Prabowo mencanangkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, banyak yang menganggapnya sebagai ambisi yang besar—bahkan mungkin terlalu besar. Namun, di balik ambisi ini, terdapat tekad yang kuat untuk membuat Indonesia lebih sejahtera dan lebih berdaya saing di panggung dunia. Angka 8% bukanlah sebuah impian kosong, melainkan sebuah tujuan yang dirancang dengan sangat matang, terukur, dan disepakati oleh berbagai pemangku kepentingan. Target ini bukan hanya sekadar angka, tetapi merupakan cerminan dari upaya yang konkret, memerlukan kerja sama dan sinergi optimal dari semua pihak yang terlibat. Lalu, bagaimana kita mencapai 8% itu? Apa yang perlu dilakukan agar setiap langkah tetap terpantau dan terukur? Mungkin terdengar seperti “mimpi besar,” tetapi ini bukanlah hal yang mustahil.
Untuk lebih memahami bagaimana Indonesia dapat mencapai target ambisius ini, kita bisa melihat contoh sukses negara-negara yang telah melewati perjalanan serupa. Sebagai contoh, Jepang yang setelah Perang Dunia II mengalami kehancuran ekonomi total. Dengan reformasi besar-besaran dan adopsi teknologi industri yang lebih maju, Jepang mampu mengatasi tantangan tersebut dan menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia. Salah satu kunci keberhasilan Jepang adalah kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, yang mengarah pada inovasi dan pengembangan infrastruktur yang pesat.
Kemudian, Korea Selatan, yang di awal 1960-an masih bergulat dengan kemiskinan dan kekurangan infrastruktur, bangkit melalui transformasi ekonomi yang sangat terencana. Dengan fokus pada pendidikan, teknologi, dan industrialisasi, Korea Selatan mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa hingga menjadi negara maju. Koreksi pada kebijakan ekonomi serta investasi dalam inovasi dan riset terbukti menjadi langkah kunci yang mempercepat laju ekonominya.
Dan terakhir, China yang pada tahun 1978 memulai reformasi ekonomi dengan membuka pintu bagi pasar bebas dan investasi asing. Dengan kebijakan yang sangat pragmatis dan fokus pada pengembangan industri manufaktur serta perdagangan internasional, China berhasil menjelma menjadi kekuatan ekonomi global. Kuncinya terletak pada kemampuan untuk beradaptasi dan melakukan reformasi di hampir setiap sektor, dari manufaktur hingga teknologi digital.
Ketiga negara ini menunjukkan bahwa meskipun tantangan global selalu ada, melalui kerja keras, strategi yang jelas, dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, ekonomi mereka mampu berkembang pesat dan mencapai target-target besar yang mereka tetapkan.
Jika kita membayangkan Indonesia sebagai sebuah mesin ekonomi besar, maka target pertumbuhan 8% ini ibarat roda yang harus diputar lebih kencang. Mesin ini sudah memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk bergerak cepat, tetapi ada beberapa kendala yang harus dihadapi—seperti roda gigi yang aus, oli yang bocor, atau bahkan tanjakan terjal di depan. Kinerja mesin ekonomi kita akan sangat bergantung pada sejauh mana semua komponen ini dapat bekerja harmonis. Hal ini menggarisbawahi pentingnya koordinasi antarlembaga dan sinergi yang kokoh sebagai kunci utama kesuksesan.
Contoh sinergi yang sudah kita lihat adalah saat para Menteri kita dilatih bersama di Akademi Militer Magelang beberapa hari setelah dilantik. Latihan ini bukan hanya melatih fisik, tetapi juga memperkuat komitmen dan kerja sama di tengah kabinet untuk menghadapi tantangan besar ini. Di sini, mereka belajar bagaimana bekerja sebagai satu tim yang solid untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan. Dengan semangat yang sama, kita yakin Indonesia mampu memutar roda ekonomi menuju target 8%, meskipun jalan yang harus ditempuh tidaklah mudah.
Menurut Bappenas, ada dua skenario untuk mencapai target ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang konsisten meningkat sedikit demi sedikit hingga akhirnya mencapai 8% pada akhir masa jabatan Presiden Prabowo. Kedua, akselerasi yang dipercepat, di mana pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 8,3% pada tahun 2027, 8% pada tahun 2028, dan 7,8% pada 2029. Namun, tantangan yang kita hadapi tidak kecil. Lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global akan berada di kisaran 2,6%-3,3% dalam beberapa tahun ke depan. Kendati demikian, dengan kerja sama yang solid, mesin ekonomi Indonesia mampu mengatasi hambatan global dan terus bergerak maju.
Untuk mencapai target ambisius ini, kita tidak hanya mengandalkan satu sektor atau kebijakan saja, tetapi membutuhkan kolaborasi yang solid antar berbagai pihak, baik di tingkat pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat. Dengan tekad yang kuat dan sinergi yang terjalin erat, kita dapat menjadikan mesin ekonomi Indonesia semakin tangguh dan siap bersaing di kancah global.
Realitas Tantangan dan Hambatan Ekonomi
Menghadapi ambisi besar menuju pertumbuhan ekonomi 8%, kita harus bertanya: apakah mesin ekonomi kita benar-benar siap? Dengan melihat kenyataan global, dunia saat ini tengah mengalami perlambatan pertumbuhan. Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global di sekitar 2,6%-3,3% dalam beberapa tahun mendatang. Di tengah tren ini, bisakah Indonesia bergerak lebih cepat melampaui batas rata-rata, atau justru akan terbawa arus yang melambat ini?
Selain tantangan global, kita dihadapkan pada masalah internal. Di satu sisi, infrastruktur memang sudah berkembang, tetapi di sisi lain masih ada wilayah yang tertinggal, yang artinya ada “rantai” di mesin ekonomi kita yang belum terhubung dengan baik. Bagaimana kita bisa mencapai kecepatan penuh bila masih ada bagian yang berjalan lambat? Bisakah kita mengatasi ketidakseimbangan ini?
Birokrasi yang lambat juga seringkali menjadi hambatan. Bayangkan mesin dengan suku cadang yang macet — apakah bisa kita perbaiki? Apakah semua kementerian dan lembaga dapat bergerak dalam ritme yang selaras tanpa adanya hambatan prosedural yang menghambat arus ekonomi? Di tengah target ambisius ini, sinergi adalah kunci, namun pertanyaannya adalah: bisakah kita mencapai sinkronisasi yang efektif?
Selanjutnya, tantangan sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi sorotan penting. Kebijakan yang ambisius di tingkat pusat harus diterjemahkan dan diimplementasikan dengan cermat di seluruh wilayah. Bagaimana kita dapat memastikan roda ekonomi berputar dengan mulus tanpa adanya “gesekan” antara pusat dan daerah? Apakah mungkin untuk mencapai keselarasan dalam sistem transmisi ini sehingga mesin ekonomi kita bergerak tanpa hambatan?
Dengan semua hambatan ini, target 8% tampaknya seperti memacu kendaraan di medan berat dan berbatu. Pertanyaannya sekarang adalah: dapatkah kita mengatasi rintangan ini dan melesat menuju tujuan? Dan jika jawabannya ya, strategi apa yang dapat memastikan mesin ekonomi kita berjalan dengan daya penuh, tanpa tersendat atau terhenti di tengah jalan?
Mengoptimalkan Mesin Ekonomi Indonesia
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju target ambisius 8%, kita harus melihat potensi yang sudah ada dan bagaimana kita bisa mengoptimalkan “mesin” ekonomi kita. Seperti kendaraan yang membutuhkan bahan bakar yang tepat, mesin ekonomi kita memerlukan bahan bakar berupa kebijakan dan proyek strategis yang bisa mempercepat laju roda ekonomi.
Mari kita telaah beberapa elemen penting yang menjadi bagian dari mesin ini.
Hilirisasi Industri: Mempercepat Proses Produksi. Hilirisasi industri adalah kunci untuk mengoptimalkan nilai tambah produk dalam negeri. Saat ini, Indonesia masih bergantung pada ekspor bahan mentah, yang membuat perekonomian kita rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global. Untuk itu, kita perlu mendorong hilirisasi industri agar produk-produk yang dihasilkan tidak hanya berbentuk bahan mentah, tetapi juga barang jadi dengan daya saing tinggi. Jika kita analogikan dengan mesin, hilirisasi adalah bagian dari transmisi yang memproses energi menjadi output maksimal, mengubah bahan baku menjadi produk bernilai tinggi yang akan memberikan keuntungan lebih besar.
Efek Pembangunan Jalan Tol Sumatera: Mempercepat Aliran Ekonomi. Pembangunan jalan tol Sumatera adalah contoh bagaimana infrastruktur yang kuat dapat memperlancar aliran ekonomi. Jalan tol ini menjadi penghubung antarwilayah, mempermudah distribusi barang, dan mengurangi biaya logistik. Jika kita bayangkan roda ekonomi Indonesia sebagai sebuah kendaraan, jalan tol adalah jalur yang mulus dan cepat yang membuat kendaraan tersebut bisa bergerak tanpa hambatan. Infrastruktur yang kuat akan mengurangi gesekan dan membuat roda ekonomi berputar lebih lancar dan lebih cepat.
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN): Memindahkan Pusat Daya. Pembangunan IKN di Kalimantan Timur bukan hanya soal pemindahan ibu kota, tetapi juga upaya untuk mendistribusikan pusat perekonomian yang lebih merata. IKN dirancang untuk menjadi pusat pemerintahan yang modern, dengan berbagai fasilitas pendukung yang akan membuka peluang ekonomi baru. IKN akan menjadi bagian dari sistem transmisi yang menyebarkan energi ke wilayah-wilayah lain, membantu mempercepat roda ekonomi yang lebih merata di seluruh Indonesia.
Ekspansi Pariwisata Berbasis Keberlanjutan: Menarik Perhatian Dunia. Pariwisata adalah sektor penting yang bisa memberi kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Namun, untuk mencapai keberlanjutan, kita perlu mengembangkan pariwisata yang berbasis keberlanjutan. Ini berarti menciptakan destinasi wisata yang ramah lingkungan, menjaga kelestarian alam, dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal. Pariwisata yang berkembang pesat bisa diibaratkan sebagai akselerator dalam mesin ekonomi yang memberikan tenaga tambahan, membawa devisa, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Pengembangan Industri Kelautan dan Sumber Daya Maritim: Potensi Tak Terjamah. Indonesia adalah negara maritim dengan kekayaan laut yang luar biasa. Potensi industri kelautan dan maritim, seperti perikanan, energi terbarukan, dan transportasi laut, harus dimanfaatkan secara optimal. Ini bisa menjadi sektor baru yang memperkuat mesin ekonomi kita. Sama seperti mesin yang bisa mendapat daya tambahan dari berbagai sumber energi, sektor maritim memberikan energi baru yang bisa memperkuat daya dorong ekonomi kita.
Pengembangan Infrastruktur Pendukung: Membangun Rantai Pasokan yang Solid. Selain infrastruktur utama seperti jalan tol, kita juga perlu meningkatkan infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan, bandara, dan fasilitas logistik. Infrastruktur ini adalah bagian dari sistem kelistrikan pada mesin, yang memastikan distribusi energi dan sumber daya mengalir dengan lancar. Tanpa infrastruktur yang memadai, roda ekonomi kita akan terhambat, bahkan macet. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur pendukung menjadi sangat vital untuk memastikan roda ekonomi dapat bergerak dengan efisien.
Pencarian Sumber Pertumbuhan Baru: Inovasi untuk Masa Depan. Tidak ada mesin yang bisa terus berfungsi dengan baik tanpa inovasi. Kita harus terus mencari sumber pertumbuhan baru, baik itu melalui riset dan pengembangan teknologi baru, atau melalui diversifikasi sektor ekonomi. Misalnya, sektor ekonomi digital, teknologi hijau, atau ekonomi kreatif bisa menjadi sumber daya baru yang memperkaya mesin ekonomi Indonesia. Tanpa inovasi, mesin kita akan ketinggalan zaman dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Reformasi Fiskal dan Peningkatan Investasi: Menyuntikkan Daya Dorong. Reformasi fiskal yang melibatkan pengelolaan pajak yang lebih efisien dan adil akan memberi ruang lebih besar untuk investasi. Peningkatan investasi, baik domestik maupun asing, akan memberi suntikan dana yang dibutuhkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Bagian ini adalah bahan bakar utama yang menggerakkan mesin kita agar tetap bertenaga, dan tanpa reformasi fiskal, kita tidak akan mampu meningkatkan daya dorong ekonomi.
Digitalisasi dan Inovasi Teknologi: Meningkatkan Efisiensi. Transformasi digital adalah keharusan untuk meningkatkan efisiensi di berbagai sektor. Teknologi digital bisa mengoptimalkan produksi, distribusi, dan layanan publik, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas. Mesin ekonomi Indonesia harus dibekali dengan teknologi terbaru agar dapat berfungsi lebih cepat dan lebih efisien.
Dukungan Terhadap UMKM: Memperkuat Basis Ekonomi. UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Dukungan terhadap UMKM dalam bentuk akses keuangan, pelatihan, dan pemasaran digital akan membantu mereka berkembang dan menjadi bagian yang lebih besar dari mesin ekonomi kita. UMKM adalah roda penggerak utama yang akan memberikan keseimbangan pada mesin besar ekonomi Indonesia.
Ketahanan Pangan dan Program Sosial: Stabilitas yang Terjaga. Ketahanan pangan dan program sosial adalah dua faktor yang menjaga agar roda ekonomi tetap berputar dengan stabil. Jika masyarakat sejahtera dan kebutuhan dasar mereka tercukupi, mereka akan menjadi konsumen aktif yang turut mendorong perekonomian. Sama seperti mesin yang membutuhkan oli untuk tetap berfungsi dengan baik, stabilitas sosial dan pangan memberikan pelumas agar mesin ekonomi tetap berjalan lancar.
Transisi Energi dan Investasi Infrastruktur: Menjaga Mesin Tetap Berjalan. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, Indonesia perlu berinvestasi pada transisi energi dan infrastruktur energi terbarukan. Investasi pada energi terbarukan seperti solar, angin, dan biomassa akan memberikan sumber daya yang lebih berkelanjutan untuk mesin ekonomi kita. Transisi energi ini adalah upaya agar mesin kita tidak tergantung pada bahan bakar fosil yang dapat habis, tetapi beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Selanjutnya, bagaimana cara kita mengatasi kebocoran dalam Sistem Mesin tersebut untuk tetap menjaga agar tenaga mesin tidak terbuang? Begini! Meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%, tantangan yang kita hadapi tidak sedikit. Salah satu tantangan utama dalam mempercepat laju roda ekonomi adalah adanya kebocoran dalam sistem. Seperti halnya sebuah mesin yang kehilangan tenaga akibat transmisi yang rusak atau kebocoran oli, dalam perekonomian kita pun terdapat kebocoran yang menghambat kinerja mesin ekonomi. Tanpa upaya yang tepat untuk mengatasinya, energi besar yang kita miliki bisa terbuang sia-sia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengidentifikasi dan mengatasi kebocoran-kebocoran tersebut agar roda ekonomi dapat berputar dengan efisien, menuju pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan.
Birokrasi yang Lambat: Menghilangkan Hambatan dalam Sistem. Birokrasi yang berbelit-belit menjadi salah satu sumber utama kebocoran dalam sistem ekonomi Indonesia. Di dunia yang semakin cepat berubah, sistem birokrasi yang lamban tidak hanya menghambat pertumbuhan, tetapi juga menambah biaya dan memperlambat pelaksanaan kebijakan. Proses yang panjang dan tidak efisien untuk mendapatkan izin usaha, misalnya, dapat membuat investor ragu untuk menanamkan modalnya, atau bahkan menghentikan usaha yang sudah berjalan. Seperti mesin yang tidak bisa bergerak optimal karena adanya rem yang terpasang, birokrasi yang berlarut-larut menghambat akselerasi ekonomi kita.
Untuk mengatasi hal ini, kita perlu reformasi birokrasi yang berfokus pada penyederhanaan prosedur, pemangkasan waktu dan biaya yang tidak perlu, serta mempercepat pelayanan publik. Inisiatif seperti perizinan berbasis online (OSS), yang memungkinkan pengusaha dan investor untuk mengurus izin secara digital, adalah langkah maju dalam menghilangkan hambatan administratif. Dengan adanya sistem yang lebih transparan dan responsif, kita bisa mempercepat proses pembangunan dan meningkatkan daya tarik investasi. Seperti transmisi yang mulus dalam mesin, reformasi birokrasi akan memastikan bahwa tenaga yang kita miliki tidak terbuang sia-sia hanya karena birokrasi yang kaku dan lamban.
Korupsi dan Pemborosan: Mengurangi Friksi dalam Sistem. Korupsi dan pemborosan adalah kebocoran besar lainnya dalam sistem ekonomi Indonesia. Seperti halnya mesin yang kehilangan energi akibat kebocoran oli atau friksi antar komponen, perekonomian kita pun kehilangan tenaga akibat praktik-praktik korupsi dan pemborosan yang merugikan. Tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga merusak kepercayaan publik dan investor. Misalnya, dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur malah teralihkan untuk kepentingan pribadi atau proyek yang tidak sesuai dengan tujuan awal.
Untuk mengatasi masalah ini, Indonesia perlu memperkuat sistem transparansi dan akuntabilitas, baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Pengawasan yang ketat dan penggunaan teknologi, seperti sistem pelaporan dan monitoring berbasis digital, bisa membantu mencegah praktik korupsi yang merugikan. Selain itu, peningkatan kesadaran dan integritas pejabat publik sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari praktik korupsi. Jika mesin ekonomi kita dijaga dari friksi yang disebabkan oleh korupsi, energi yang dihasilkan bisa digunakan secara maksimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan merata.
Ketidakselarasan Antara Pusat dan Daerah: Menyelaraskan Gerakan Mesin. Ketidakselarasan antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah sering kali menjadi salah satu sumber friksi dalam mesin ekonomi kita. Seperti halnya sebuah mesin yang tidak akan berfungsi dengan baik jika berbagai komponen tidak bekerja secara seirama, kebijakan yang tidak terkoordinasi antara pusat dan daerah dapat memperlambat laju perekonomian. Misalnya, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat mungkin tidak sesuai dengan kondisi di daerah, atau sebaliknya, kebijakan daerah yang tidak selaras dengan tujuan nasional dapat menghambat program-program yang telah direncanakan.
Penyelarasan antara kebijakan pusat dan daerah sangat penting agar mesin ekonomi kita bisa bergerak dengan efisien. Hal ini bisa dicapai dengan meningkatkan komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, pemerintah daerah harus diberikan kebebasan untuk menyesuaikan kebijakan dengan kebutuhan dan potensi daerah mereka, namun tetap dalam kerangka kebijakan nasional yang jelas. Dengan adanya keselarasan ini, kita dapat memastikan bahwa setiap bagian dari mesin ekonomi bekerja secara optimal, tanpa ada bagian yang terhambat karena perbedaan arah atau kebijakan yang tidak sinkron.
Ketimpangan Pembangunan dan Distribusi Sumber Daya: Menyebarkan Tenaga ke Semua Sektor. Selain birokrasi, korupsi, dan ketidakselarasan, masalah lain yang harus segera diatasi adalah ketimpangan pembangunan dan distribusi sumber daya. Seperti halnya sebuah mesin yang tidak dapat berfungsi maksimal jika ada bagian yang lebih banyak menerima energi dibandingkan bagian lain, ketimpangan antara wilayah dan sektor ekonomi bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Ketimpangan ini terlihat jelas dalam sektor infrastruktur, di mana sebagian besar pembangunan masih terpusat di Jawa, sementara wilayah lain seperti Indonesia Timur dan Kalimantan sering kali tertinggal.
Untuk mengatasi ketimpangan ini, perlu adanya redistribusi sumber daya yang lebih adil. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan daerah-daerah yang tertinggal, serta memberikan insentif bagi sektor-sektor ekonomi yang berada di luar pusat ekonomi. Pembangunan infrastruktur yang lebih merata akan menghubungkan daerah-daerah terpencil dengan pasar yang lebih luas, mempermudah akses distribusi barang, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah. Jika kita bisa mendistribusikan sumber daya dengan lebih adil, tenaga dalam mesin ekonomi kita akan tersebar secara merata, mempercepat laju roda ekonomi di seluruh Indonesia.
Pendidikan dan Keterampilan: Menjaga Mesin dengan Tenaga Kerja yang Kompeten. Terakhir, kebocoran dalam sistem ekonomi Indonesia juga terjadi akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia. Tanpa keterampilan yang memadai, tenaga kerja kita akan kesulitan untuk mengoperasikan mesin ekonomi yang kompleks. Pendidikan dan pelatihan yang tidak memadai mengakibatkan adanya ketimpangan antara permintaan keterampilan di pasar kerja dan kualitas tenaga kerja yang tersedia. Ini seperti mesin yang tidak dapat berjalan optimal karena pengemudinya tidak terlatih.
Penting untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar, serta memberikan pelatihan kepada tenaga kerja agar mereka memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan tenaga kerja yang terampil, mesin ekonomi kita bisa berjalan lebih cepat dan efisien, mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju target 8% yang diharapkan.
Jadi, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ambisius, kita harus memastikan bahwa mesin ekonomi Indonesia berfungsi dengan baik tanpa ada kebocoran yang menghambatnya. Dengan mengatasi masalah birokrasi yang lamban, korupsi, ketidakselarasan antara pusat dan daerah, ketimpangan pembangunan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kita dapat memastikan bahwa semua potensi yang ada dimanfaatkan secara maksimal. Tanpa kebocoran dalam sistem, mesin ekonomi kita akan bergerak dengan lancar, memutar roda perekonomian yang besar dan membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan berkelanjutan.
Kita Tutup sampai sini saja dengan ajakan “Mari Bersinergi”!
Dalam perjalanan menuju target pertumbuhan ekonomi 8%, kita harus menyadari bahwa ekonomi Indonesia adalah sebuah mesin besar yang memerlukan perhatian, perawatan, dan inovasi untuk berfungsi dengan maksimal. Mesin ini tidak akan berjalan optimal jika satu komponen saja terganggu atau tidak bekerja sesuai dengan tugasnya. Seperti dalam mesin yang kompleks, setiap komponen—baik itu sektor industri, birokrasi, kebijakan pemerintah, hingga sektor swasta—memiliki peran penting yang saling mendukung.
Namun, untuk mencapai potensi maksimal dari mesin ekonomi ini, diperlukan sinergi yang kokoh antara berbagai komponen. Di sini, peran kolaborasi antar kementerian dan instansi pemerintah, yang didorong oleh visi Presiden dan Wakil Presiden, menjadi sangat krusial. Seperti yang terlihat di Akademi Militer (Akmil) Magelang, di mana sinergi antara para pemimpin dan para perwira yang saling mendukung satu sama lain menjadi kunci keberhasilan dalam membentuk sebuah tim yang solid dan bergerak maju menuju tujuan bersama. Begitu pula dalam konteks perekonomian, dengan visi dan koordinasi yang kuat, setiap bagian dari ekonomi Indonesia dapat berkontribusi untuk mencapai target pertumbuhan yang lebih tinggi.
Melalui perbaikan berkelanjutan, peningkatan kualitas setiap sektor, serta tekad untuk melakukan perubahan, Indonesia dapat mencapai target 8%. Ini bukanlah sebuah mimpi yang jauh dari kenyataan, melainkan sebuah langkah pasti menuju perubahan yang lebih baik. Mesin ekonomi kita, seperti halnya sebuah kendaraan, memerlukan mesin yang terus diperbaiki, baik dari segi kebijakan, infrastruktur, maupun kualitas sumber daya manusia. Dengan usaha yang tidak kenal lelah dan semangat yang terus menyala, Indonesia dapat mewujudkan ambisi besar ini. Jepang, Korea dan China sudah membutkikan!
Target 8% adalah simbol tekad kita untuk maju. Bukan sekadar sebuah angka, melainkan fondasi bagi masa depan yang lebih sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah ambisi besar yang hanya bisa tercapai dengan kerja keras dan ketekunan. Seperti yang sering kita dengar, “Usaha tidak akan mengkhianati hasil.” Kita semua harus berkomitmen untuk menjadikan target 8% ini bukan hanya sekadar harapan, tetapi sebuah kenyataan yang membuktikan bahwa Indonesia bisa meraih kesuksesan dengan langkah yang pasti.
“Pak Prabowo, Anda bukan sedang bermimpi. Tapi, Anda sedang memacu mesin ekonomi Indonesia untuk membuktikan bahwa mimpi itu bisa jadi nyata!”