Riset memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perguruan tinggi sebagai pusat penelitian memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan kontribusi ilmiah yang signifikan. Kontribusi ini tidak hanya meningkatkan reputasi akademik, tetapi juga berdampak positif pada pengembangan industri dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi perguruan tinggi untuk terus mendorong dan meningkatkan produktivitas riset mereka.
Produktivitas riset yang tinggi harus diimbangi dengan efisiensi dalam pengelolaan biaya yang dikeluarkan. Dalam situasi di mana sumber daya finansial terbatas, efisiensi biaya menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan proyek riset. Pengelolaan dana yang baik tidak hanya memastikan bahwa setiap pengeluaran memberikan hasil maksimal, tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan strategis untuk pendanaan riset di masa depan. Oleh karena itu, evaluasi yang komprehensif terhadap biaya dan hasil riset menjadi sangat penting.
Berbagai studi telah dilakukan untuk mengevaluasi produktivitas dan efisiensi riset. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti pendanaan, kebijakan institusi, dan kapabilitas peneliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil riset. Misalnya, sebuah penelitian oleh XXXXX (2019) menunjukkan bahwa kebijakan pendanaan yang tepat dapat meningkatkan output riset secara signifikan. Studi lain oleh YYYYY (2002) menganalisis hubungan antara dana riset dan output akademik, menemukan bahwa institusi dengan pendanaan yang lebih baik cenderung menghasilkan lebih banyak publikasi dan paten. Selain itu, penelitian oleh ZZZZZ (2011) menggunakan analisis kinerja untuk mengukur produktivitas peneliti, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi riset di universitas.
Beberapa penelitian juga telah menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur efisiensi biaya dalam riset, menunjukkan pentingnya manajemen biaya yang efektif dalam mencapai hasil yang optimal. Namun, meskipun telah banyak penelitian yang membahas produktivitas dan efisiensi riset, masih sedikit yang menggunakan metode cost accounting secara spesifik untuk mengevaluasi hubungan antara biaya dan output riset. Riset ini bertujuan untuk menawarkan suatu metoda analisa produktifitas dan efektivitas riset, khususnya di Indonesia, berbasis cost accounting. Metode ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai penggunaan dana riset dan cara-cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya.
2. METHOD:
2.1. Konsep Formula Perhitungan Cost Accounting untuk Evaluasi Riset
Komponen Biaya (Cost Components)
Identifikasi semua komponen biaya yang terkait dengan riset. Ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama:
Biaya Personel (BP): Gaji dan tunjangan peneliti, asisten peneliti, teknisi, dan staf pendukung.
Biaya Material (BM): Biaya bahan habis pakai, perangkat laboratorium, alat tulis, dan peralatan lain yang digunakan dalam riset.
Biaya Fasilitas (BF): Biaya penggunaan laboratorium, ruang kantor, listrik, air, dan fasilitas pendukung lainnya.
Biaya Overhead (BO): Biaya tidak langsung seperti administrasi, manajemen proyek, dan pemeliharaan infrastruktur.
Biaya Pengembangan dan Pelatihan (BPel): Biaya untuk pelatihan, workshop, seminar, dan pengembangan kapasitas peneliti.
Total Biaya (TB) = BP + BM + BF + BO + BPel
Komponen Output (Output Components)
Identifikasi semua output yang dihasilkan dari riset dan tentukan kredit poin untuk masing-masing jenis output berdasarkan nilai atau kontribusinya. Misalnya:
Publikasi Ilmiah (PI): Artikel yang dipublikasikan di jurnal internasional atau nasional.
Paten (P): Paten yang didaftarkan dan disetujui.
Buku (B): Buku yang diterbitkan.
Presentasi di Konferensi (PK): Presentasi yang disampaikan di konferensi nasional atau internasional.
Kredit Poin (Credit Points)
Setiap output diberikan kredit poin berdasarkan tingkat kontribusinya. Contoh:
Publikasi Ilmiah Internasional (PII): 10 poin
Publikasi Ilmiah Nasional (PIN): 5 poin
Paten Internasional (PI): 20 poin
Paten Nasional (PN): 15 poin
Buku (B): 10 poin
Presentasi di Konferensi Internasional (PKI): 5 poin
Presentasi di Konferensi Nasional (PKN): 3 poin
Perhitungan Kredit Total (Total Credit Calculation)
Total Kredit (TK) = (Jumlah PII * 10) + (Jumlah PIN * 5) + (Jumlah PI * 20) + (Jumlah PN * 15) + (Jumlah B * 10) + (Jumlah PKI * 5) + (Jumlah PKN * 3)
Analisis Efisiensi dan Efektivitas (Efficiency and Effectiveness Analysis)
Cost per Credit Point (CCP): Menghitung biaya per kredit poin untuk mengukur efisiensi.CCP = Total Biaya (TB) / Total Kredit (TK)
Return on Research Investment (RORI): Menghitung pengembalian investasi riset untuk mengukur efektivitas.RORI = (Total Kredit (TK) – Total Biaya (TB)) / Total Biaya (TB)
2.2. Konsep Simulasi dengan Contoh Kasus
Misalkan sebuah proyek riset mengeluarkan biaya sebagai berikut:
Biaya Personel (BP) = 100 juta IDR
Biaya Material (BM) = 50 juta IDR
Biaya Fasilitas (BF) = 30 juta IDR
Biaya Overhead (BO) = 20 juta IDR
Biaya Pengembangan dan Pelatihan (BPel) = 10 juta IDR
Total Biaya (TB) = 100 + 50 + 30 + 20 + 10 = 210 juta IDR
Cost per Credit Point (CCP) = 210 juta IDR / 60 = 3.5 juta IDR per poin
Return on Research Investment (RORI) = (60 – 210) / 210 = -0.714 (indikasi bahwa riset tidak memberikan return positif dalam bentuk kredit poin)
3. RESULT and DISCUSSION (focus on graphs):
Cost Distribution Pie Chart
Description: Menampilkan distribusi biaya total yang dikeluarkan untuk komponen biaya yang berbeda seperti Biaya Personel (BP), Biaya Material (BM), Biaya Fasilitas (BF), Biaya Overhead (BO), dan Biaya Pengembangan dan Pelatihan (BPel).
Purpose: Untuk memberikan gambaran proporsi alokasi dana dalam berbagai komponen biaya riset.
Bar Chart of Output vs. Cost per Output Unit
Description: Menampilkan jumlah output (publikasi ilmiah, paten, buku, dll.) dibandingkan dengan biaya per unit output. Setiap kategori output dapat diwakili oleh batang yang berbeda.
Purpose: Untuk menunjukkan efisiensi biaya dalam menghasilkan berbagai jenis output riset.
Efficiency Trend Line Graph
Description: Menampilkan tren efisiensi (Cost per Credit Point – CCP) dari beberapa proyek riset dalam suatu periode waktu tertentu.
Purpose: Untuk mengidentifikasi perubahan efisiensi dari waktu ke waktu dan menunjukkan dampak dari perubahan kebijakan atau strategi manajemen riset.
Scatter Plot of Funding vs. Output
Description: Menampilkan hubungan antara jumlah dana yang diterima (sumbu X) dan jumlah output yang dihasilkan (sumbu Y). Setiap titik pada plot mewakili satu proyek riset.
Purpose: Untuk mengidentifikasi korelasi antara jumlah dana dan produktivitas riset, serta untuk mengidentifikasi proyek yang sangat efisien atau tidak efisien.
Return on Research Investment (RORI) Histogram
Description: Menampilkan distribusi nilai Return on Research Investment (RORI) dari berbagai proyek riset. Histogram ini menunjukkan berapa banyak proyek yang memiliki nilai RORI positif atau negatif.
Purpose: Untuk memberikan gambaran umum tentang profitabilitas atau pengembalian investasi riset di seluruh proyek yang dianalisis.
Grafik-grafik tersebut akan membantu dalam visualisasi hasil simulasi dan analisis, serta memberikan wawasan yang lebih jelas tentang efisiensi dan efektivitas pendanaan riset.
4. CONCLUSION:
Dengan formula ini, kita dapat mengukur efisiensi dan efektivitas riset yang dibiayai dengan skema internal maupun oleh pemerintah. Ini memberikan gambaran jelas mengenai penggunaan dana riset dan hasil yang dicapai, serta membantu dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan kebijakan dan manajemen riset di masa depan.
One thought on “Strategic evaluation model for measuring research productivity and effectiveness in Indonesia based on cost accounting”
Menarik dan memotivasi Pak Yandri. Semoga menggairahkan dunia riset. Penulis memang seharusnya bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dari kekayaan intelektualnya.
Sudah seharusnya ada relasi yang kuat antara industri, pemerinrahan, dan periset. Industri atau pemerintahan bisa masuk ke proses aktivitas produksi atau kebijakan publik berbasis riset tanpa harus memiliki riset karena sudah dilakukan oleh peneliti.
Menarik dan memotivasi Pak Yandri. Semoga menggairahkan dunia riset. Penulis memang seharusnya bisa mendapatkan sesuatu yang lebih dari kekayaan intelektualnya.
Sudah seharusnya ada relasi yang kuat antara industri, pemerinrahan, dan periset. Industri atau pemerintahan bisa masuk ke proses aktivitas produksi atau kebijakan publik berbasis riset tanpa harus memiliki riset karena sudah dilakukan oleh peneliti.