
Photo by Tom Fisk: https://www.pexels.com/photo/drone-shot-of-a-mine-6926658/
Pagi-pagi sekali, sebelum kopi sempat dingin, sebuah pesan WA masuk ke ponsel saya.
Dari Pak Fadli.
Mahasiswa saya. Baru semester dua.
“Assalamu’alaikum Pak Erkata Yandri, nanti malam Insya Allah jam 19:30 wib pak di ruang zoom SME untuk bimbingan paper.”
Saya jawab cepat:
“Ok. Siap.”
Bukan karena saya terlalu rajin. Tapi karena saya tahu…
Orang seperti Fadli ini jarang.
Kalau dia sudah semangat, saya harus sambut. Gaspol.
Fadli bukan mahasiswa fresh graduate.
Dia kepala keluarga.
Sudah mapan di perusahaan kontraktor tambang.
Teman satu angkatannya juga begitu.
Namanya Arif.
Sama-sama matang.
Sama-sama kerja di lapangan.
Sama-sama tangguh.
Dan yang menarik…
Mereka satu jalur dengan Kukuh Priyo Pramono.
Itu lho, alumni saya yang kalau namanya diketik di Google, langsung muncul sederet publikasi dan buku.
Saya sengaja bentuk grup kecil.
Namanya KOPASKA.
Kelompok Paper Super Kreatif.
Isinya: Fadli, Arif, dan dua orang lainnya.
Tapi sejauh ini, yang paling aktif Fadli dan Arif.
Beberapa hari lalu saya broadcast info conference ke semua grup angkatan.
Judulnya panjang: International Conference on Applied Artificial Intelligence, Data Engineering and Sciences 2025.
Diselenggarakan oleh Universitas Tarumanegara.
Ada 4 topik.
Tapi hanya satu yang nyambung dengan kami:
Smart Manufacturing and Industry 5.0.
Sudah cukup.
Saya langsung share.
Siapa tahu ada yang minat.
Dan benar saja, Fadli langsung jawab,
“Pak, saya mau ikut conference itu.”
Saya arahkan dia untuk lanjutkan tulisan dari mata kuliah SME (Sistem Manajemen Energi).
Topiknya tentang sistem pemompaan air di kolam tambang dengan energi terbarukan.
Fadli langsung merespon.
Cepat dan mantap.
“Pengembangan Sistem Pemompaan Sump Tambang Berbasis Energi Hybrid dengan Pemantauan dan Kontrol IoT untuk Efisiensi Operasional.”
Saya baca judulnya, saya senyum sendiri.
Luar biasa.
Ini next level.
Langsung saya balas:
“Bagus ini, Pak Fadil! Bisa sekalian buat tugas TKE (Teknologi Konservasi Energi) dan juga bahan tesis. Sekali dayung, tiga paper terlampaui.”
Saya kirim ke Dr. Hugeng. Teman saya sesama alumni Jerman, yang jadi bagian dari conference itu.
Beliau jawab singkat:
“Yang penting ada algoritma machine learning-nya. Coba disubmit dulu, Uda.”
Dukungan langsung dari seorang pakar.
Respons cepat dari mahasiswa.
Dan semangat yang tidak tanggung-tanggung.
Apa lagi yang kurang?
Sebelumnya saya sudah punya satu tim: KOPASUS.
Kelompok Paper Khusus.
Anggotanya Pak Erik, Pak Uhanto, Pak Rifki, Pak Nasrullah.
Sekarang mereka sudah semester 4.
Fokus tesis.
Sudah tidak bisa diganggu.
Tapi mereka sudah beres dari semester 3.
Kenapa bisa?
Karena mereka mencicil tesisnya dari paper yang kami tulis bareng di mata kuliah.
Efisien.
Cerdas.
Dan santai.
Sekarang giliran KOPASKA.
Saya yakin, dengan irama yang tepat, Fadli dan Arif bisa menyusul senior-seniornya.
Menulis paper.
Maju ke conference.
Selesaikan tugas.
Sekalian mencicil tesis. Sampai beres
Dan lulus dengan bangga.
Tentu bukan sekadar lulus.
Tapi lulus dengan warisan intelektual.
Saya tidak tahu bagaimana mahasiswa saya yang lain.
Semoga tidak ada yang masih bingung cari judul tesis.
Kalau iya, bisa-bisa ketinggalan kapal.
Karena KOPASKA sudah mulai berlayar.
Dan saya, siap jadi nakhoda sampai pelabuhan akhir.
Ayo, yang lain, jangan cuma jadi penumpang.
Waktunya jadi nahkoda di kapal ilmiah masing-masing.
Kalau Fadli bisa. Arif bisa. Kenapa kamu tidak?
Santai saja,
Saya tetap tunggu kamu di ruang Zoom.
Setiap malam.
Asal ada niat.
Saya pasti siap.