Banyak tokoh seperti Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) menjadi sumber berita aktual. Hampir semua media tidak mau melewatkan kesempatan untuk meliput aktivitas dia sehari-hari. Dengan keramahan, kerendahanhatian, kesigapan, dan gebrakan, tidak saja menarik hati warga, tetapi juga mampu mencuri perhatian sebagian besar rakyat Indonesia. Bahkan, beberapa duta besar negara sahabat langsung terpikat.
Jokowi sudah menjadi ikon positif, menginspirasi dan membangkitkan harapan untuk negeri. Mungkin gaya kepemimpinannya yang tidak ada jarak dan tidak begitu formal sudah lama dirindukan banyak orang. Jokowi cukup memesona secara politik.
Tetapi yang berpikir akan mengatakan Jokowi tidak lebih dari sekadar blusukan. Tidak ada kelebihan yang perlu dibanggakan selain blusukan. Tapi, sejauh ini, harus diakui bahwa kalau mengacu pada indikator kinerja, mungkin belum begitu tampak hasilnya karena baru beberapa bulan Jokowi bekerja! Belum waktunya untuk menuntut prestasi yang muluk-muluk.
Apalagi menantangnya untuk segera menyelesaikan semua masalah Jakarta dalam waktu singkat, terutama kemacetan dan kebanjiran. Jakarta memang rumit dan parah sebagai akumulasi permasalahan yang tidak pernah tuntas. Butuh waktu dan kesabaran, apalagi Jokowi bukan superman! Tetapi, harapan berubah menjadi lebih baik itu ada, terutama mentalitas birokrat Jakarta.
Mereka tengah dibenahi dari korupsi dan tidak disiplin agar mampu meningkatkan pelayanan kepada publik. Ini semua jauh lebih berharga dari sekadar evaluasi kinerja dengan angka-angka di atas kertas. Salah satu faktor penting yang mendukung perubahan adalah blusukan. Dengan kata lain, blusukan berperan penting pencapaian Jokowi. Blusukan sebenarnya tidak lain dari inspeksi mendadak (sidak) yang sudah lama populer di negeri ini jauh sebelum Jokowi mengenal perpolitikan.
Hanya, dulu sidak lebih bersifat seremonial. Umumnya pejabat ke tempat- tempat yang mungkin juga sudah diatur. Sedangkan blusukan Jokowi lebih fokus kepada tempat atau objek yang membutuhkan perhatian ekstra untuk dibangun atau diperbaiki seperti kampung-kampung kumuh Dalam terminologi manajemen kepemimpinan, blusukan untuk membangun harapan, optimisme, keyakinan, dan saling percaya antara pemimpin dan rakyatnya.
Blusukan bukanlah sekadar menampung atau mencari permasalahan, tetapi juga harus tahu yang diperlukan dan dibutuhkan rakyat. Blusukan membuat rakyat dan pemimpin selalu dekat, bukan hanya pada saat pencalonan. Blusukan menerapkan management control system langsung ke lapangan untuk cross check. Blusukan akan membuat kinerja bawahan lebih terkontrol.
Tugas atasan untuk memastikan staf bekerja dengan benar. Blusukan akan membuat pemimpin lebih paham berbagai masalah yang perlu ditingkatkan. Juga dia dapat mengetahui pegawai yang tulus dan asal-asalan. Dia tak akan mudah ditipu! Dalam aplikasi, blusukan sebenarnya bisa memberi arahan, menindaklanjuti, menyelesaikan masalah, mencari umpan balik, dan mengontrol laporan. Ini adalah kontrol yang paling efektif dan efi sien. Blusukan benar-benar sebuah pekerjaan. Tentu, itu hak dari Jokowi, tetapi masih ada juga kewajiban untuk membangun ”Jakarta Baru” sampai 2017 seperti dijanjikan.
Namun, permasalahan transportasi, banjir, perlu dana besar dan dukungan otoritas. Tetapi siapa bisa menjamin Jokowi masih bersinar seperti sekarang, kelak, sebab dalam politik semua bisa cepat berubah. Lalau bagaiman solusi? APBD sudah disetujui, tidak ada alasan lagi untuk tidak segera ngebut. Semoga belum banyak gangguan. Jakarta butuh sentuhan aksi konkret. Maka, segeralah menuntaskan masalah banjir, kemacetan, kekumuhan, keamanan, dan sebagainya. Polemik Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) juga harus segera dituntaskan. Jangan sampai menjadi titik lemah yang akan dimanfaatkan pihak lain.
Untuk itu, speed kerja harus lebih dikencangkan. Beberapa waktu lalu, Jokowi mengakui speed-nya 60 persen. Itu pun sudah tidak kuat diikuti stafnya. Yang tidak mampu, harus minggir! Ini bukanlah ambisi pribadi Jokowi, tetapi permintaan sebagian besar rakyat Indonesia. Lanjutkanlah blusukan dengan konsisten dan persisten, tetapi tetap fokus dengan manajemen kinerja. Jika sukses, jangan heran jika rakyat dengan sukarela dan ikhlas berkampanye untuknya. Biarkanlah urusan dinamika sosial politik kepada rakyat.
Jika rakyat Indonesia yang meminta, dan dipahami warga Jakarta, Jokowi bisa saja dicalonkan maju ke pemilu presiden. Tetapi, ingatlah, jangan sampai terjebak skenario politik atau dianggap haus jabatan dan kekuasaan. Sekarang, rakyat sudah semakin terbuka, cerdas, dan dewasa dalam menilai. Mereka membutuhkan sosok pemimpin yang sederhana, taktis dalam bertindak, berani dalam bersikap, turun ke bawah untuk menggali masalah. Semuanya sudah ada pada Jokowi. Blusukan harus diimbangi dengan kinerja nyata. Tapi, jangan pernah takut, masih ada waktu untuk membuktikannya. Rakyat selalu mendukung jika masih di jalur yang benar!
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/115204